Normalisasi irigasi di bulak persawahan Kalurahan Wahyuharjo mulai dikerjakan awal bulan November ini. Dengan melibatkan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan pekerja lokal setempat, kegiatan yang dibiayai APBKal Wahyuharjo tersebut difokuskan untuk mengangkat sedimen penyebab pendangkalan dan membabat tanaman liar yang menyumbat aliran air. Dalam 1 musim tanam padi, setidaknya dilakukan 2-3 kali normalisasi irigasi. Hal tersebut untuk mendukung budidaya tanaman padi unggulan di Wahyuharjo yang menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat. Lahan persawahan produktif di Wahyuharjo mencakup kurang lebih 101 hektar yang terbagi menjadi 9 blok di 3 hamparan. Dengan irigasi tehnis dan pengairan yang dapat diatur sesuai kebutuhan dari Bendungan Sapon, mampu memberikan produktivitas padi yang tinggi antara 8-10 ton gabah kering panen per hektar. Musim tanam akhir tahun 2025 ini akan memasuki masa panen pada awal tahun 2026, sehingga saluran air yang lancar mutlak dibutuhkan pada masa padi bunting di awal november. Di Kalurahan Wahyuharjo sendiri terbagi menjadi 3 musim tanam dalam 1 tahun yang terdiri atas 2 kali musim padi, dan 1 kali musim palawija/holtikultura. Selain menormalisasi irigasi, Pemerintah Kalurahan Wahyuharjo juga mengalokasikan kegiatan lain terkait ketahanan pangan di bidang pertanian. Kegiatan tersebut diantaranya pembangunan irigasi permanen, pemberian sarana produksi padi dalam bentuk pestisida, dukungan gotong royong pembersihan saluran irigasi dan gropyokan tikus, musyawarah tani tingkat kelompok tani dan tingkat kalurahan, pembinaan Kelompok tani, gapoktan, P3A dan KWT, serta pembinaan kepada petani. Disamping itu, komitmen ketahanan pangan juga direalisasikan dengan modal penyertaan senilai 160an juta rupiah (20Ý) untuk modal penyertaan di BUMDes Wahyuharjo. Modal penyertaan tersebut akan digunakan untuk usaha ketahanan pangan yang bergerak di bidang pertanian padi dan produk turunannya, serta peternakan kambing dan produk turunannya. (did)